Sementara itu, mesin ATM nampaknya mulai kehilangan pesona di tengah popularitas QRIS. Beberapa tahun terakhir, penggunaan mesin ATM terus mengalami penurunan. Faktor-faktor seperti kemudahan akses transaksi non-tunai melalui QRIS, keterbatasan uang tunai di mesin ATM, dan perkembangan teknologi pembayaran non-tunai lainnya menjadi alasan utama masyarakat untuk mengurangi ketergantungan mereka pada mesin ATM.
Untuk nominal transaksi digital banking tercatat Rp 5.340,92 triliun atau tumbuh sebesar 19,08% (yoy) dan nominal transaksi Uang Elektronik (UE) meningkat 33,99% (yoy) sehingga mencapai Rp90,44 triliun. Selanjutnya, BI mencatat nominal transaksi QRIS tumbuh 194,06% (yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 48,90 juta dan jumlah merchant 31,86 juta. Sementara itu, nominal transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM/D turun sebesar 12,49% (yoy) mencapai Rp619,19 triliun. Nominal kartu kredit masih meningkat 11,67% (yoy) mencapai Rp34,39 triliun.
Peningkatan transaksi QRIS dan penurunan penggunaan mesin ATM memiliki dampak yang signifikan bagi industri keuangan. Perluasan jaringan QRIS dan investasi dalam teknologi pembayaran non-tunai akan menjadi kunci bagi bank dan perusahaan keuangan untuk tetap relevan di era digital ini. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan yang bergantung pada operasional mesin ATM perlu mulai melakukan inovasi untuk tetap bersaing dalam pasar yang semakin terkikis.