Dengan kata lain, dibutuhkan sinergi antara pemilik usaha, platform pembayaran digital, otoritas keuangan, dan masyarakat untuk memastikan bahwa sistem yang dibangun demi kemajuan, tidak justru dijadikan lahan subur kejahatan.
Tantangan Ekstra: Minimnya Akses Data dan Kolaborasi Lintas Platform
Salah satu kendala utama dalam mengatasi penyalahgunaan QRIS untuk aktivitas ilegal adalah terbatasnya akses data oleh penyedia layanan pembayaran. Karena merchant-merchant tertentu tidak berada di bawah akuisisi langsung mereka, maka informasi yang tersedia menjadi terbatas. Hal ini menjadi alasan utama kenapa kolaborasi antar-lembaga sangat penting.
OVO mengaku terus bekerja sama secara aktif dengan Bank Indonesia, PPATK, serta lembaga lain guna membentuk sistem deteksi yang lebih presisi. Namun di sisi lain, perlu juga dilakukan edukasi masif terhadap para pelaku usaha, khususnya merchant kecil yang bisa jadi tidak menyadari bahwa kode QR mereka sedang disalahgunakan.
Kesimpulan: Teknologi Bisa Jadi Pedang Bermata Dua
Kasus penyalahgunaan QRIS untuk transaksi judi online menjadi pengingat bahwa setiap teknologi, seberapa canggih dan revolusionernya, tetap bisa disalahgunakan jika pengawasan longgar. QRIS yang awalnya diciptakan untuk mempermudah transaksi, kini malah dimanfaatkan oleh oknum untuk menyamarkan aktivitas ilegal.
Namun bukan berarti solusinya adalah menghentikan inovasi. Justru ini menjadi tantangan bersama untuk memperkuat sistem, memperluas edukasi digital, dan meningkatkan literasi keuangan di semua lapisan masyarakat. Jangan sampai inovasi nasional justru tercoreng karena segelintir pelaku kejahatan yang memanfaatkan celah dalam sistem.