“Safaricom cukup mahal, dan internetnya tidak dapat diandalkan, jadi saya memutuskan mencoba Starlink. Layanannya lebih terjangkau untuk penggunaan jangka panjang,” ujar Boreto. “Kecepatannya luar biasa dan memungkinkan saya berbagi internet dengan orang tua dan kerabat saat saya tidak di rumah.”
Pengalaman seperti ini menunjukkan bagaimana Starlink telah memenuhi kebutuhan pengguna yang selama ini merasa terabaikan oleh ISP lokal.
Popularitas dan Tantangan Kapasitas
Kepopuleran Starlink di Kenya tidak hanya menunjukkan keberhasilan teknologi satelit orbit rendah ini, tetapi juga tantangan dalam memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Pada awal November 2024, Starlink harus menghentikan sementara langganan baru di beberapa kota besar seperti Nairobi karena kapasitas jaringan tak mampu menangani lonjakan permintaan.
Dalam menanggapi situasi tersebut, perusahaan mengumumkan rencana untuk memperluas infrastruktur, tidak hanya di Nairobi tetapi juga di Johannesburg, Afrika Selatan. Langkah ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan dan memperluas jangkauan layanan.
Kekhawatiran Monopoli Global
Meskipun Starlink membawa manfaat besar, beberapa ahli dan pelaku industri menyuarakan kekhawatiran terhadap potensi monopoli yang mungkin terjadi. Mohan, seorang profesor ilmu komputer dari Delft University, mengungkapkan bahwa dominasi satu perusahaan dalam layanan internet global bisa menjadi ancaman serius.
“Ketika hanya ada satu pemain dominan, pelanggan menjadi rentan terhadap kenaikan harga dan penurunan kualitas layanan,” jelas Mohan. “Selain itu, kontrol terhadap akses internet di seluruh negara dapat berada di tangan satu perusahaan, yang tentunya menimbulkan risiko besar.”