Di tengah pesatnya adopsi AI, permintaan akan data center yang AI-ready dan hemat energi semakin tinggi. Berbagai industri seperti perbankan, e-commerce, logistik, startup, hingga institusi pendidikan memerlukan infrastruktur komputasi yang mampu menangani beban kerja AI secara efisien dan andal.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, Schneider menghadirkan solusi lengkap mulai dari desain modular data center, manajemen daya cerdas, hingga teknologi pendingin berbasis cairan (liquid cooling) yang sangat penting untuk menjaga performa server AI sekaligus menekan konsumsi energi.
Tantangan dan Peluang Infrastruktur Data Center di Indonesia
Meskipun potensi Indonesia sangat besar, Nirupa mengakui bahwa pembangunan data center menghadapi beberapa tantangan. Ketersediaan listrik yang stabil, lahan dengan infrastruktur memadai, serta sistem pendinginan yang efektif untuk server yang intensif energi menjadi fokus utama.
“AI workloads membutuhkan daya tinggi dan menghasilkan panas yang besar. Infrastruktur data center harus dirancang sesuai kondisi lokal, termasuk iklim dan tantangan pada jaringan listrik,” jelasnya.
Nirupa juga menekankan pentingnya desain data center yang fleksibel dan scalable untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang di Indonesia. Selain itu, tren edge computing diperkirakan akan semakin berkembang, di mana sekitar 50 persen komputasi AI akan dilakukan di pusat data kecil yang lebih dekat dengan pengguna.