Ke depannya, penggunaan energi oleh teknologi AI seperti ChatGPT diperkirakan akan semakin melonjak tajam. Hal ini disebabkan oleh semakin pesatnya perkembangan aplikasi AI yang memerlukan lebih banyak daya komputasi. Seiring dengan semakin banyaknya pengguna dan semakin kompleksnya interaksi dengan AI, kebutuhan akan energi untuk mendukung teknologi ini juga akan meningkat secara signifikan.
Namun, selain faktor energi, interaksi sopan seperti "Tolong" dan "Terima kasih" juga mempengaruhi cara ChatGPT memproses permintaan dan menghasilkan respons. Kurtis Beavers, Direktur Tim Desain untuk Microsoft Copilot, menyatakan bahwa memberikan penghormatan atau ungkapan sopan dalam percakapan dengan chatbot bisa memengaruhi hasil yang diberikan. Hal ini mungkin berdampak pada nada atau cara sistem memberikan respons kepada pengguna. Meski demikian, fenomena ini tidak hanya terkait dengan AI yang lebih canggih, tetapi juga dapat berlaku pada chatbot lainnya yang bertujuan untuk menciptakan interaksi yang lebih manusiawi dan menyenangkan.
Dengan semakin banyaknya aplikasi AI yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, biaya operasional yang timbul dari penggunaan energi menjadi isu yang perlu diperhatikan. Meskipun OpenAI dan perusahaan-perusahaan teknologi lainnya berusaha untuk meminimalkan konsumsi daya listrik, fakta bahwa penggunaan AI dapat menyumbang persentase besar dari total konsumsi energi global menunjukkan tantangan yang akan dihadapi oleh industri ini ke depan.
Dalam hal ini, OpenAI dan banyak perusahaan teknologi lainnya harus mencari solusi inovatif untuk mengurangi konsumsi energi yang berlebihan tanpa mengorbankan kualitas kinerja sistem mereka. Salah satu solusi yang mungkin dapat dipertimbangkan adalah pengembangan teknologi yang lebih efisien dalam hal penggunaan daya, seperti menggunakan perangkat keras yang lebih hemat energi atau memanfaatkan sistem komputasi terdistribusi yang dapat mengoptimalkan penggunaan daya listrik.