Waymo belum mengeluarkan pernyataan resmi soal apakah mereka akan memperketat keamanan operasionalnya di daerah-daerah rawan konflik sosial. Namun dari tindakan yang terlihat, perusahaan tampaknya tetap berkomitmen melanjutkan ekspansi dan inovasi. Hal ini tentu akan memicu pertanyaan lebih lanjut: sejauh mana masyarakat akan menerima kendaraan otonom? Dan bagaimana pemerintah menyikapi potensi gejolak sosial akibat disrupsi teknologi ini?
Para pengamat menyebutkan bahwa diperlukan pendekatan yang lebih inklusif untuk menyatukan kepentingan antara kemajuan teknologi dan keberlanjutan sosial. Teknologi tidak boleh berjalan sendiri tanpa memperhatikan dampaknya terhadap pekerja, komunitas lokal, serta nilai-nilai kemanusiaan.
Waymo kini berada di persimpangan jalan penting. Mereka memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin di industri kendaraan otonom global, namun juga menghadapi tantangan besar dari sisi etika dan penerimaan masyarakat. Respons perusahaan terhadap insiden seperti di Los Angeles akan menjadi tolok ukur seberapa siap mereka menjalankan inovasi dengan tanggung jawab sosial.
Apakah robotaxi benar-benar membawa solusi masa depan atau justru menjadi sumber konflik sosial baru? Jawabannya akan tergantung pada bagaimana kolaborasi antara teknologi, masyarakat, dan kebijakan publik dikembangkan ke depan.