Prabowo: Nasionalis Tapi Tetap Rasional
Pernyataan Menkomdigi Meutya Hafid tersebut sejalan dengan arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto yang sebelumnya meminta seluruh menteri di kabinetnya untuk bersikap realistis terhadap penerapan TKDN. Dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Menara Mandiri, Jakarta, Prabowo menyampaikan bahwa aturan TKDN jangan sampai menjadi penghambat daya saing industri nasional.
“TKDN itu bagus, niatnya nasionalisme. Tapi kalau terlalu dipaksakan, justru bisa membuat industri kita kalah bersaing. Saya ini nasionalis, kalau jantung saya dibuka mungkin yang keluar Merah Putih. Tapi kita tetap harus pakai akal sehat,” ujar Prabowo di hadapan para ekonom dan pelaku industri.
Ia juga menyarankan agar penerapan TKDN bisa diganti dengan sistem insentif, sehingga tetap mendorong keterlibatan industri dalam negeri tanpa memberatkan sektor usaha.
“Tolong para menteri saya, kita buat aturan TKDN yang realistis saja. Jangan semua masalah dipaksakan pakai regulasi. Kita juga harus lihat kemampuan industri lokal, akses pendidikan, teknologi, dan infrastruktur kita,” tambah Prabowo.
Menakar Tantangan Industri dan Kebutuhan Solusi Baru
Pernyataan Presiden Prabowo ini merupakan respons terhadap pernyataan dari ekonom Wijayanto, yang menyebutkan bahwa Indonesia sedang menghadapi berbagai tantangan serius. Beberapa di antaranya adalah tantangan fiskal, tekanan terhadap nilai tukar rupiah, deindustrialisasi, serta kebutuhan untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar.
Dalam konteks ini, TKDN menjadi isu krusial yang harus ditangani secara strategis. Jika terlalu kaku, aturan ini dapat menghambat investasi dan inovasi teknologi dari luar negeri. Namun jika terlalu longgar, justru bisa melemahkan industri nasional dan menghambat pertumbuhan ekonomi dalam negeri.