Sun Lixin, Direktur Baicells yang berkantor pusat di Beijing, menyatakan kepada Reuters bahwa perusahaan mereka siap bekerja sama sepenuhnya dengan proses yang diminta oleh pemerintah AS. Meskipun demikian, Sun menegaskan bahwa Baicells tidak percaya ada risiko keamanan yang terkait dengan produk-produk radio yang mereka tawarkan. Pernyataan ini menunjukkan sikap percaya diri dari Baicells bahwa produk mereka tidak membahayakan keamanan nasional AS.
Namun, meskipun Baicells menunjukkan sikap kooperatif, investigasi ini terus berlanjut tanpa adanya komentar resmi dari FBI, Departemen Perdagangan, Departemen Kehakiman (DOJ), atau FCC mengenai hal ini. Beberapa waktu lalu, Pentagon juga memasukkan Baicells ke dalam daftar 134 perusahaan yang dianggap memiliki hubungan dengan militer China.
Namun, Pentagon tidak memberikan bukti lebih lanjut terkait klaim tersebut, yang kemudian memicu reaksi dari Baicells yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap penunjukan tersebut dan berencana untuk mengajukan banding.
Penyelidikan terhadap Baicells ini muncul bersamaan dengan meningkatnya kekhawatiran di kalangan pejabat AS mengenai ancaman spionase dan peretasan yang dilakukan oleh kelompok hacker yang diduga berasal dari China. Baru-baru ini, sejumlah laporan mengungkapkan bahwa kelompok hacker China berhasil membobol jaringan telekomunikasi di AS dan membahayakan data serta privasi warga AS. Kejadian-kejadian semacam ini semakin memperburuk ketegangan antara AS dan China, khususnya terkait dengan masalah keamanan siber.
Bagi AS, ancaman dari perangkat telekomunikasi yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan asal China, seperti Baicells, merupakan isu yang sangat serius. Mengingat teknologi telekomunikasi memainkan peran vital dalam infrastruktur negara, pemerintah AS merasa perlu untuk memastikan bahwa peralatan yang digunakan dalam jaringan komunikasi tidak dapat disusupi oleh pihak-pihak yang memiliki niat jahat.