Industri internet berbasis satelit kini memasuki babak baru dengan persaingan yang semakin memanas. Di tengah dominasi Starlink, layanan milik Elon Musk, berbagai pemain global mulai bermunculan, salah satunya adalah Eutelsat dari Eropa, yang mencoba merebut pangsa pasar dengan strategi berbeda.
Eutelsat sendiri memperkuat langkahnya sejak 2023, saat bergabung dengan OneWeb, perusahaan teknologi satelit asal Inggris. Dengan dukungan pemerintah Prancis yang menginvestasikan 1,35 miliar euro (sekitar Rp25,6 triliun), Eutelsat kini berada dalam posisi strategis untuk mengembangkan konektivitas berbasis Low Earth Orbit (LEO) sebagai pesaing Starlink.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, bahkan menyerukan agar Eropa tidak tertinggal dalam persaingan luar angkasa, karena sektor ini dipandang sebagai simbol kekuatan global. Investasi besar-besaran pun digelontorkan demi menjadikan Eutelsat alternatif yang kuat.
Salah satu langkah signifikan adalah upaya Eutelsat untuk mengisi celah konektivitas di Ukraina. Ketika hubungan Ukraina dan Amerika Serikat sempat memanas pasca kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden AS, muncul kekhawatiran bahwa akses Starlink di Ukraina akan dipangkas. Dalam kondisi ini, Eutelsat disebut-sebut akan menggantikan Starlink.
Jerman pun telah mendukung langkah ini dengan mengirim 1.000 terminal Eutelsat ke Ukraina pada April 2025. Namun, bukan untuk menggantikan sepenuhnya, melainkan sebagai opsi cadangan yang memperkuat infrastruktur komunikasi di wilayah konflik.
Namun seiring membaiknya hubungan antara AS dan Ukraina, posisi Eutelsat kembali terdesak. Starlink tetap menjadi penyedia utama konektivitas untuk militer dan layanan penting lainnya.
Bahkan, mantan CEO Eutelsat, Eva Berneka, secara terbuka menyatakan bahwa perusahaannya masih belum mampu bersaing secara setara dengan Starlink. Dalam wawancaranya, ia mengungkapkan kejujuran yang mencolok: "Kalau kita bicara tentang menggantikan seluruh kapasitas Starlink di Ukraina, kita belum mampu. Mari realistis."