Namun, dengan makin banyaknya startup AI asal China seperti DeepSeek yang menawarkan kecerdasan buatan murah dan efisien, kekhawatiran pemerintah AS pun meningkat. Otoritas pun mulai menyarankan pelarangan chip lebih lanjut—bahkan untuk H20.
Pertemuan Mewah yang Mengubah Arah
Di tengah ancaman pelarangan itu, Jensen Huang memilih pendekatan personal. Ia menghadiri jamuan makan malam privat bersama Donald Trump di kediamannya yang mewah. Menurut laporan The Register, undangan tersebut bukan tanpa biaya. Huang kabarnya merogoh kocek hingga US$1 juta, semata-mata untuk bisa mendiskusikan masa depan bisnis Nvidia secara langsung dengan sang presiden.
Hasilnya? Hanya beberapa hari setelah makan malam tersebut, pemerintahan Trump melunak dan membatalkan rencana pelarangan ekspor chip H20 ke China. Keputusan ini menjadi angin segar bagi Nvidia, mengingat pasar China memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan perusahaan tersebut.
Namun bukan tanpa alasan Trump mengubah arah. Sebagai gantinya, Nvidia menjanjikan akan memperluas investasinya di sektor pusat data (data center) di Amerika Serikat, sebuah langkah yang dinilai dapat menciptakan lapangan kerja lokal dan memperkuat infrastruktur digital dalam negeri.
Kepentingan Ekonomi vs Proteksi Teknologi
Kasus ini membuka kembali perdebatan lama: Haruskah kepentingan ekonomi perusahaan swasta mengalahkan kepentingan strategis nasional? Di satu sisi, langkah Trump bisa dipandang sebagai bentuk diplomasi bisnis pragmatis. Namun di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa hal ini membuka celah keamanan, terutama jika chip yang diekspor bisa digunakan untuk mendukung teknologi militer atau intelijen di luar negeri.