Lebih jauh lagi, serangan ini tidak hanya merusak infrastruktur, namun juga ditujukan untuk mengganggu psikologis masyarakat dan pengambil keputusan Israel. Dalam konteks ini, serangan siber berperan sebagai senjata propaganda dan gangguan moral, yang dapat berdampak luas jika tidak diantisipasi dengan sistem keamanan digital yang matang.
Telegram dan Dunia Bawah Tanah Siber
Radware juga mencatat adanya aktivitas tinggi dari kelompok-kelompok siber pro-Iran di platform Telegram, baik di kanal publik maupun tertutup. Kanal ini kerap digunakan untuk koordinasi serangan, penyebaran propaganda, dan berbagi alat atau skrip peretasan, yang kemudian digunakan untuk melumpuhkan sistem target.
Fakta ini menunjukkan bahwa perang informasi dan propaganda digital menjadi bagian tak terpisahkan dari konflik geopolitik modern. Telegram yang sebelumnya hanya dianggap sebagai aplikasi komunikasi, kini menjadi pusat koordinasi pertempuran digital, memperlihatkan bagaimana batas antara ruang sipil dan ruang militer semakin kabur.
Iran Duga Menggunakan Hacker Bersponsor Negara
Lebih lanjut, Radware menyebutkan bahwa kelompok hacker yang disponsori langsung oleh pemerintah Iran kemungkinan akan meningkatkan intensitas operasi sibernya dalam waktu dekat. Tujuannya adalah mengganggu kestabilan Israel secara sistematis, baik dari sisi infrastruktur maupun psikologis masyarakat.
Serangan ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas, di mana Iran memanfaatkan kekuatan digital untuk mengimbangi dominasi militer Israel di medan fisik. Serangan ini juga menciptakan tekanan politik tambahan, serta memberi sinyal bahwa Iran memiliki kapabilitas siber yang tidak bisa dianggap enteng.
Serangan Fisik Jadi Pemicu: Kematian Tokoh Penting Iran
Konflik ini mencapai titik panas pada Jumat dini hari, saat Israel meluncurkan serangan militer ke berbagai fasilitas nuklir di wilayah Iran. Serangan tersebut menyebabkan tewasnya sejumlah tokoh penting, termasuk Ali Shamkhani, yang selama ini dikenal sebagai penghubung komunikasi antara Iran dan Amerika Serikat. Hilangnya tokoh strategis ini diyakini sebagai pemicu utama peningkatan respons dari pihak Iran, termasuk dalam bentuk serangan siber.