Di tengah laju perkembangan teknologi yang kian pesat, industri media menghadapi tantangan besar yang tak terelakkan. Salah satu fenomena paling mencolok adalah peralihan profesi para jurnalis ke dunia kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Di Amerika Serikat, tren ini mulai tampak dengan semakin banyaknya jurnalis yang direkrut untuk melatih model AI melalui platform bernama Outlier, milik perusahaan teknologi Scale AI.
Fenomena ini dilaporkan oleh Niemanlab, yang mencatat bahwa para jurnalis cetak, radio, hingga fotografer berita secara aktif dibidik untuk mengisi posisi baru sebagai pelatih sistem AI. Mereka dihubungi secara langsung oleh perekrut atau mendapatkan informasi dari jaringan profesionalnya. Peran yang ditawarkan cukup menarik—bekerja dari rumah, bayaran tinggi, dan keterlibatan langsung dengan teknologi masa depan.
Dari Redaksi ke Ruang Pelatihan AI: Kisah Seorang Jurnalis Muda
Carla McCanna, lulusan Medill School of Journalism dari Northwestern University, menjadi salah satu dari sekian banyak jurnalis yang menerima tawaran tersebut. Melalui portal rekrutmen Handshake, ia ditawari peran sebagai pelatih AI karena keahliannya dalam menulis, riset, dan pengecekan fakta dianggap sesuai dengan kebutuhan Outlier.
McCanna sebelumnya telah memiliki pengalaman magang di The Dallas Morning News dan majalah D Magazine, serta meraih gelar master dalam bidang jurnalisme. Namun di tengah ketatnya persaingan di dunia media, ia mengakui sulitnya mendapatkan pekerjaan tetap. Statistik menunjukkan bahwa pada tahun lalu saja, sekitar 5.000 pekerja media di AS kehilangan pekerjaannya—angka yang melonjak 59% dibanding tahun sebelumnya, menurut firma Challenger, Gray & Christmas.