Tampang.com | Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial di Indonesia menjadi lahan subur bagi penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan polarisasi politik. Meski program literasi digital gencar dikampanyekan, kenyataannya tren disinformasi tetap meningkat, bahkan menjelang tahun politik.
Masyarakat semakin terbelah, informasi semakin tak bisa dipercaya. Lantas, di mana letak kesalahan program literasi digital kita?
Serbuan Hoaks Tak Terbendung
Studi dari Mafindo menunjukkan bahwa pada kuartal pertama 2025, lebih dari 1.400 hoaks beredar luas di platform seperti WhatsApp, TikTok, dan Facebook. Isinya pun beragam: mulai dari isu politik, kesehatan, hingga kebencian terhadap kelompok tertentu.
“Algoritma media sosial memperkuat bias pengguna, bukan kebenaran. Ini yang membuat hoaks lebih mudah menyebar daripada fakta,” kata Irna Wulandari, peneliti komunikasi digital.