Riset ini dilakukan terhadap 506 perusahaan di Jepang selama rentang waktu 3 hingga 12 Juli 2024. Namun, hanya 250 perusahaan yang bersedia untuk menjawab survei secara anonim. Hasil dari survei ini mencerminkan bahwa penerapan teknologi AI di Jepang masih belum merata, dan terdapat berbagai hambatan dan ketakutan yang perlu diatasi dalam menghadapi dampak dari perkembangan teknologi AI ini.
Perkembangan teknologi AI di berbagai sektor bisnis juga menarik perhatian banyak pihak di Jepang. Di tengah upaya memanfaatkan potensi AI, terdapat juga ketakutan dan kekhawatiran di kalangan pekerja akan potensi PHK massal akibat otomatisasi tugas-tugas yang biasanya dilakukan oleh manusia. Bagi perusahaan, pemakaian teknologi AI dianggap dapat mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi. Namun, di sisi lain, pemakaian AI juga menimbulkan kekhawatiran terkait kehilangan pekerjaan dan kurangnya keamanan kerja. Masalah ini terutama terjadi di sektor-sektor industri yang paling banyak terkena dampak dari penerapan teknologi AI, seperti industri manufaktur dan transportasi.
Menurut survei yang dilakukan oleh Nikkei Research, banyak perusahaan di Jepang telah mengenali manfaat dari penggunaan AI dalam bisnis mereka. Sebagian besar responden menyatakan bahwa tujuan utama dari penerapan AI adalah untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja dan memangkas biaya operasional. Namun, ada juga sebagian responden yang mengkhawatirkan kemungkinan PHK massal yang akan terjadi akibat pengenalan teknologi AI. Hal ini menunjukkan bahwa selain manfaatnya, penggunaan AI juga menimbulkan ketakutan di kalangan pekerja di Jepang.