Selain itu, keputusan Cebu Pacific juga dapat memengaruhi hubungan dagang antara Filipina dengan negara asal produsen pesawat yang terpilih. Dalam konteks ini, kebijakan pemerintah Filipina terkait dengan industri penerbangan dan kemampuan investasi dalam pengembangan infrastruktur bandara juga akan menjadi faktor penentu dalam keputusan akhir.
Terkait dengan keamanan penerbangan, kejadian krisis yang menimpa Boeing pada bulan Januari menjadi sorotan. Hal ini memunculkan kekhawatiran terkait dengan performa dan keselamatan pesawat Boeing, yang kemungkinan akan mempengaruhi keputusan Cebu Pacific. Meskipun keselamatan penerbangan secara umum telah menjadi prioritas utama bagi maskapai penerbangan, satu insiden besar dapat mengubah persepsi publik dan kepercayaan terhadap produsen pesawat.
Demikian pula, keputusan ini juga turut memperhatikan dampak lingkungan dari penggunaan pesawat. Berkembangnya kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan mendesak maskapai penerbangan untuk mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan dalam kebijakan armada pesawatnya. Ketersediaan pesawat yang ramah lingkungan dan memiliki efisiensi bahan bakar yang lebih baik juga dapat menjadi pertimbangan bagi Cebu Pacific dalam memilih pesawat Airbus atau Boeing.
Dari sisi ekonomi, keputusan ini juga akan memiliki dampak signifikan. Pembelian pesawat sebanyak seratus unit atau lebih menjadi investasi besar-besaran bagi Cebu Pacific. Selain biaya pembelian, aspek pemeliharaan, pelatihan kru, suku cadang, serta efisiensi operasional juga perlu dipertimbangkan secara matang.
Dalam konteks industri penerbangan global, keputusan Cebu Pacific juga dapat menggambarkan tren yang sedang berlangsung. Pilihan maskapai besar seperti Cebu Pacific dapat menjadi indikator bagi keberhasilan market launch dan penerimaan pasar terhadap model-model pesawat baru. Perubahan preferensi maskapai penerbangan terhadap produsen pesawat tertentu juga dapat membuka peluang bagi produsen pesawat lain dalam memasuki pasar Asia Tenggara.