Namun, kuasa hukum tersebut juga menduga adanya kemungkinan bahwa Yahya Zaini lah yang menyebarkan video tersebut. "Masalahnya, pihak sana (Yahya Zaini) juga punya file serupa. Sampai sekarang pun kami belum tahu bagaimana vide itu bisa tersebar," ujar Ruhut Sitompul.
Pada 26 Desember 2006, penyidik Polda Metro Jaya menetapkan Maria Eva sebagai tersangka dalam kasus penyebaran video mesum bersama Yahya Zaini. Sementara itu, semenjak Yahya Zaini didapuk menjadi Ketua Bidang Organisasi DPP Partai Golkar, kontroversi tersebut kembali mencuat di berbagai media sosial.
Penunjukan Yahya Zaini sebagai salah satu pejabat di partai politik ternama di Indonesia telah memicu perdebatan sengit di ranah publik. Apalagi ketika kasus video mesum yang melibatkan dirinya kembali menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Hal ini menambah kompleksitas dan kontroversi politik di tengah-tengah kehidupan pribadi dan profesional tokoh yang terlibat.
Kasus ini juga menimbulkan perspektif baru terkait etika dan moralitas di kalangan tokoh-tokoh politik. Polemik yang kembali muncul terkait dengan perencanaan Yahya Zaini untuk turut serta dalam kepengurusan partai politik menimbulkan pertanyaan akan bagaimana tanggapan dan respons dari partai politik yang bersangkutan.
Dalam pandangan publik, masalah etika dan moralitas menjadi sorotan utama ketika seorang tokoh politik terlibat dalam kontroversi semacam ini. Bagaimana pengaruh penunjukan Yahya Zaini pada struktur pimpinan Partai Golkar terhadap citra dan kepercayaan masyarakat terhadap partai politik tersebut, menjadi sebuah pertanyaan yang layak untuk dicermati.
Kehadiran teknologi digital juga memainkan peran signifikan dalam memperdalam perdebatan ini. Dalam era informasi yang begitu terbuka, kasus-kasus kontroversial dengan mudah dapat dihidupkan kembali di media sosial maupun platform-platform digital lainnya. Hal ini memunculkan pertanyaan terkait upaya perlindungan privasi dan hak asasi individu dalam ranah digitalisasi yang semakin meluas.