Tema-Tema Universal yang Mendalam
Di balik kisah cinta dan petualangan yang menarik, "Hujan" juga mengangkat tema-tema universal yang mendalam. Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna kehidupan, cinta, kehilangan, dan pengorbanan. Tere Liye menghadirkan berbagai pertanyaan filosofis yang memancing pemikiran pembaca, seperti: Apa arti cinta sejati? Bagaimana kita menghadapi kehilangan? Apakah kita dapat mengubah takdir?
Gaya Bahasa yang Menyenangkan dan Mudah Dipahami
Tere Liye memiliki gaya bahasa yang khas, yaitu sederhana, ringan, dan mudah dipahami. Dia menggunakan kalimat-kalimat yang efektif dan deskriptif, sehingga membuat pembaca mudah untuk membayangkan dan merasakan suasana dalam cerita. Penggunaan bahasa yang lugas ini membuat "Hujan" menjadi novel yang mudah dibaca dan dinikmati oleh semua kalangan.
Kekurangan dan Kritik
Meskipun "Hujan" merupakan novel yang populer dan digemari, ada beberapa kritik yang ditujukan kepada novel ini. Beberapa kritikus berpendapat bahwa alur cerita di beberapa bagian terasa lambat dan kurang menegangkan. Yang lain berpendapat bahwa penjelasan tentang dunia paralel dan sistem kerjanya kurang detail dan membingungkan.
Plot
Novel "Hujan" diawali dengan letusan gunung berapi purba yang menjebak Lail, seorang gadis berusia 16 tahun, dalam dunia paralel. Dunia paralel ini memiliki kemiripan dengan dunia Lail, namun dengan beberapa perbedaan signifikan, seperti teknologi yang lebih maju dan sistem pemerintahan yang berbeda. Lail harus beradaptasi dengan lingkungan barunya dan mencari cara untuk kembali ke dunianya.
Di dunia paralel, Lail bertemu dengan Esok, seorang pemuda yang memiliki kemampuan mengendalikan hujan. Esok membantu Lail untuk beradaptasi dengan dunianya dan mereka pun jatuh cinta. Namun, cinta mereka terhalang oleh perbedaan dimensi dan waktu. Lail harus menemukan cara untuk kembali ke dunianya sebelum Esok menua dan meninggal.