Hari Raya Chongyang, juga dikenal sebagai Festival Sembilan Ganda, adalah salah satu perayaan penting dalam kebudayaan Tionghoa. Dirayakan pada hari kesembilan bulan kesembilan dalam kalender lunar, festival ini memiliki sejarah panjang yang kaya dengan tradisi dan simbolisme. Artikel ini akan membahas sejarah, tradisi, dan makna di balik perayaan Hari Raya Chongyang.
Sejarah Hari Raya Chongyang
Hari Raya Chongyang berasal dari Dinasti Han (206 SM - 220 M) dan memiliki akar dalam kepercayaan dan praktik kuno Tionghoa. Nama "Chongyang" berarti "Sembilan Ganda," mengacu pada tanggal perayaan, yaitu hari kesembilan bulan kesembilan dalam kalender lunar. Angka sembilan dianggap sebagai angka yang kuat dan maskulin dalam filsafat Tionghoa kuno, dan pengulangan angka sembilan diyakini membawa keberuntungan dan kekuatan.
Festival ini awalnya dikaitkan dengan ritual untuk mengusir roh jahat dan malapetaka. Selama Dinasti Han, ada legenda tentang seorang pria bernama Huan Jing yang mempelajari seni bela diri dan pengusiran roh jahat. Pada hari kesembilan bulan kesembilan, ia membawa keluarganya ke puncak gunung untuk menghindari wabah yang diramalkan oleh gurunya. Tindakan ini dianggap sebagai asal mula tradisi mendaki gunung pada Hari Raya Chongyang.
Tradisi dan Perayaan
Hari Raya Chongyang dirayakan dengan berbagai tradisi yang sarat dengan makna simbolis. Beberapa tradisi utama meliputi: