Dalam era modern ini, perdebatan tentang hubungan antara Islam dan ilmu pengetahuan sering kali menciptakan kesalahpahaman di kalangan masyarakat, terutama di kalangan milenial. Banyak yang menganggap bahwa Islam cenderung anti sains, sebuah pandangan yang tidak hanya keliru tetapi juga merugikan pemahaman umat mengenai warisan intelektual yang kaya dalam tradisi Islam. Sebagai seorang umat Muslim, penting untuk memahami bagaimana Islam dan ilmu saling berhubungan dan berkontribusi pada modernitas.
Sejarah mencatat bahwa banyak ilmuwan dan pemikir terkemuka di abad keemasan Islam, seperti Al-Khawarizmi dan Ibn Sina, telah memberikan kontribusi signifikan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka tidak hanya mengembangkan teori dan konsep, tetapi juga menciptakan metode ilmiah yang menjadi dasar bagi penelitian saat ini. Ketika kita membahas hubungan antara Islam dan ilmu, kita harus kembali ke akar sejarah ini untuk melihat bahwa pemikiran ilmiah sudah lama menjadi bagian integral dari tradisi keilmuan Islam.
Mitos bahwa Islam anti sains sering kali muncul dari pemahaman yang salah atau tulis ulang sejarah. Dalam banyak teks suci, prinsip-prinsip ilmiah dapat ditemukan, dan banyak aspek dari ajaran Islam mendorong umatnya untuk berpikir kritis dan mencari pengetahuan. Misalnya, dalam Al-Qur'an terdapat banyak ayat yang menyoroti pentingnya observasi, refleksi, dan pencarian ilmu. "Apakah orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu itu sama?" (QS. Az-Zumar: 9) adalah salah satu ayat yang menunjukkan penghargaan tinggi Islam terhadap ilmu pengetahuan.