Salah satu catatan yang menjadi titik terang dalam pencarian bukti sejarah tentang Yesus terdapat dalam 20 jilid buku sejarah bangsa Yahudi yang ditulis oleh Flavius Josephus, seorang sejawat Yahudi. Buku ini ditulis pada tahun 93 Masehi, beberapa waktu setelah kehidupan Yesus. Meskipun Josephus bukanlah pengikut Yesus, namun kehadirannya pada saat gereja awal mulai berdiri memberikan wawasan mengenai orang yang menyaksikan dan mendengar tentang Yesus.
Pertanyaan tentang keaslian peninggalan langsung terkait dengan Yesus, seperti mahkota duri yang konon dikenakan saat penyaliban atau Kain Kafan Turin, masih menjadi perdebatan. Meskipun demikian, arkeolog telah berhasil menemukan beberapa bukti yang memperkuat cerita-cerita yang terdapat dalam Alkitab.
Meskipun keberadaan Nazaret, kota masa kecil Yesus dalam Alkitab, sempat diperdebatkan, para arkeolog telah menemukan sebuah rumah dengan halaman yang dipahat dari batu, beserta makam dan kolam. Mereka juga menemukan bukti fisik penyaliban Romawi yang sejalan dengan deskripsi dalam Perjanjian Baru.
Selain itu, catatan yang terperinci tentang kehidupan dan kematian Yesus terdapat dalam empat Injil dan tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya. Meskipun sumber-sumber ini memiliki bias yang jelas karena ditulis oleh orang-orang Kristen, namun klaim utama mengenai Yesus sebagai tokoh sejarah didukung oleh sumber-sumber lain yang muncul belakangan dengan sudut pandang yang berbeda.
Sejarawan Romawi, Tacitus, dalam karyanya Annals of Imperial Rome, mencatat bahwa Kaisar Nero menyalahkan orang Kristen atas pembakaran kota Roma pada tahun 64 M dan mengungkapkan bahwa Yesus dieksekusi atas perintah Pontius Pilatus, prokurator Yudea, pada masa pemerintahan Tiberius. Selain itu, gubernur Romawi Pliny the Younger juga mencatat bahwa orang-orang Kristen mula-mula menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Kristus seperti kepada dewa.