Setiap tempat ibadah tersebut memiliki ciri khas arsitektur yang membedakannya, mencerminkan kekayaan budaya dan keindahan seni rupa dari masing-masing agama. Sebagai contoh, masjid agung memiliki atap berbentuk prisma yang menjulang tinggi, sementara candi Buddha dihiasi dengan dekorasi yang indah dan penuh makna.
Proyek pembangunan kompleks Puja Mandala didukung oleh Badan Pengembangan Pariwisata Bali, menunjukkan komitmen pemerintah setempat untuk mempromosikan toleransi beragama dan kerukunan antar umat beragama. Kompleks ini tidak hanya menjadi simbol penting bagi keberagaman Indonesia tetapi juga menjadi contoh nyata atas prinsip Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti "Berbeda-beda namun tetap satu".
Manajemen Puja Mandala berperan aktif dalam memfasilitasi kerjasama antar komunitas agama yang berbeda. Mereka mendorong dialog antarumat beragama, mempromosikan kesadaran akan pentingnya penghormatan antar keyakinan, dan membantu membangun suasana damai di kompleks tersebut.
Keberadaan Puja Mandala tidak hanya memberikan manfaat bagi umat beragama yang tinggal di Bali tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan religi yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang toleransi beragama di Indonesia. Puja Mandala memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk memahami realita harmoni antar agama yang menjadi bagian penting dari identitas Bali.
Dalam konteks pariwisata, Puja Mandala juga berperan dalam memperkuat citra Bali sebagai destinasi Wisata Religi. Dengan kerukunan beragama yang terlihat jelas di kompleks ini, Bali menunjukkan kepada dunia bahwa keberagaman agama bukanlah penghalang, tetapi justru menjadi sumber kekayaan budaya dan daya tarik wisata yang unik