Tampang

Belajar dari Kisah Abu Dzar Al Ghifari di Zaman Khalifah Umar Bin Khatab

3 Jun 2017 15:36 wib. 6.148
0 0
palu pengadilan

Lelaki itu memandang satu per satu orang yang ada di sekitarnya, tapi mereka tertunduk dan tak ada yang bersedia menjaminnya. Ia memandang sekali lagi, dan masih tak ada juga yang mau menjadi penjaminnya. Tak lama, terdengar suara orang dari belakang.

“Saya bersedia jadi penjamin lelaki itu!”

Umar lalu bertanya, “ Apakah kamu tahu apa artinya kalau kamu mau menjadi penjaminnya?”

“Ya, aku tahu.”

Akhirnya, waktu 3 hari pun sudah berlalu, kala itu waktu hampir menunjukkan magrib. Orang-orang sudah berkumpul di tempat akan dilakukannya qisos, termasuk orang yang akan mengeksekusi dan juga kakak beradik yang menuntut tadi. Lelaki penjamin juga sudah siap ada di sana. Tapi lelaki yang hendak diqisos masih belum tampak.

Semua orang sudah merasa resah, termasuk Umar. Tak rela rasanya kalau meng-qisos laki-laki penjamin, yang jelas-jelas tidak bersalah untuk kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Lelaki penjamin sudah siap pada posisinya untuk diqisos dan eksekutor pun sudah siap pada posisinya.

Ketika adzan magrib hampir berkumandang, terdengarlah teriakan seorang lelaki dari atas bukit.

“Hentikan! Hentikan! Jangan qisos lekaki itu, ini aku datang!”

Semua orang lega dan menunggu laki-laki yang berteriak tadi datang.

“Maafkan aku, aku hampir saja terlambat, ternyata cukup sulit mendapatkan orang yang mau menafkahi keluargaku. Aku harus mencari hingga ke luar kota yang jauh dari sini dan aku baru mendapatkannya tadi pagi.”

Umar kemudian bertanya kepada lelaki tersebut, mengapa ia kembali, padahal kau bisa saja kabur dan tak ada orang yang mengawasimu. Ia berkata bahwa ia sudah berjanji dan pasti akan menepatinya. Umar kemudian bertanya juga kepada lelaki penjamin, mengapa ia mau menjamin orang yang jelas-jelas tak dikenalnya. Lelaki penjamin tersebut berkata bahwa, Allah pasti melindungi orang yang hendak berbuat baik (mencari orang yang mau menafkahi istri dan anaknya). Dan ia percaya itu. Lelaki yang berani menjamin itu bernama Abu Dzar Al Ghifari. Abu Dzar mungkin tidak mengenal lelaki itu, tapi ia percaya pada janji Allah.

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.