Allah Maha Baik, ia tidak begitu saja memberikan tantangan atas perjuangan kita tanpa disesuaikan dengan kemampuan kita. Ketika kita bayi, kita hanya diberi tantangan untuk belajar berjalan, bukan diberi tantangan untuk lari estafet misalnya. Coba kita flash back ke zaman SD, ketika kita duduk di bangku SD, rasanya tantangan mengerjakan PR sudah merupakan tantangan yang luar biasa. Dan ingatkah kau ketika kita lupa tidak membawa PR yang sudah dikerjakan, bagaikan stres yang amat dalam (saat itu). Tapi toh alhamdulillah kita bisa melewati masa-masa itu. Kita dari bayi, bertumbuh menjadi anak kecil usia SD lah, kemudian setelah melalui berbagai tantangan, akhirnya naik ke jenjang SMP, terus hingga kita akhirnya memasuki masa kuliah, kerja, dan seterusnya. Proses ‘naik kelas’ ini berlangsung selama kita hidup. Kita akan ‘naik kelas’ ketika kita lolos dalam melalui berbagai tantangan dalam hidup ini.
Dalam menghadapi tantangan hidup ini, mungkin ada yang terasa (sangat berat), tapi ada juga yang seakan tidak berasa. Ya, ini tergantung oleh ‘kelas’ kita. Jika kita sudah terlatih dalam berbagai tantangan, mungkin tantangan seakan bukan tantangan lagi, tapi sudah berupa keikhlasan yang dapat diterima dan dijalankan dalam keseharian kita. Tapi setiap orang memiliki kelasnya masing-masing. Di manakah ‘kelasmu’?