Dalam konteks investasi, pemerintah dan pengembang seringkali mengedepankan argumen bahwa proyek ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan perekonomian lokal. Namun, realitas di lapangan seringkali jauh dari harapan. Banyak warga yang merasa tidak mendapatkan manfaat dari investasi yang dijanjikan, sementara sebagian besar keuntungan justru dirasakan oleh perusahaan-perusahaan besar yang terlibat. Ketidakadilan ini menciptakan ketegangan yang kian meruncing di kalangan masyarakat Rempang.
Sejarah Rempang sendiri kaya akan warisan budaya dan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Contohnya, situs-situs bersejarah dan peninggalan nenek moyang yang ada di pulau tersebut tidak hanya memiliki nilai arkeologis tetapi juga emosional bagi masyarakat. Relokasi untuk memberi ruang bagi investasi kerap dianggap sebagai tindakan pengusiran sejarah, di mana nilai-nilai budaya yang telah ada dicampakkan demi kepentingan ekonomi jangka pendek.
Tak hanya itu, kadangkala di balik investasi besar ada pula ancaman terhadap lingkungan. Proyek pembangunan yang agresif sering kali mengabaikan dampak ekologis terhadap pulau yang sudah rentan. Konsekuensi dari pengembangan industri dapat mengakibatkan kerusakan alam yang tak ternilai, yang pada akhirnya dapat merugikan masyarakat lokal dan ekosistem Rempang secara keseluruhan.