Tantangan demokrasi di abad ke-21 juga tercermin dalam perkembangan teknologi dan informasi. Meskipun teknologi memberikan akses yang lebih besar kepada informasi dan keterlibatan politik, fenomena ini juga menyebabkan penyebaran berita palsu, pengawasan digital yang masif, dan manipulasi opini publik. Pemanfaatan teknologi untuk kepentingan politik tertentu dapat merusak proses demokrasi dengan mengaburkan batas antara fakta dan opini, serta menggunakan data pribadi untuk tujuan politis yang tidak sesuai dengan prinsip demokrasi.
Ketika menghadapi tantangan populisme dan otoritarianisme, penting untuk mengakui bahwa solusi kompleks diperlukan. Penguatan institusi demokratis, pendidikan politik yang inklusif, akses informasi yang transparan, dan perlindungan terhadap kebebasan sipil menjadi kunci dalam mengatasi tantangan ini. Selain itu, dibutuhkan kerja sama antarnegara untuk memperjuangkan prinsip demokrasi, mengembangkan mekanisme evaluasi independen, dan menggalang dukungan global terhadap demokrasi yang sehat.
Dalam menghadapi tantangan demokrasi di abad ke-21, perlu ada kesadaran kolektif bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam mempertahankan nilai-nilai demokratis. Melalui partisipasi aktif, peningkatan kesadaran politik, dan keterbukaan terhadap pluralisme, masyarakat dapat menjadi garda terdepan dalam melawan populisme dan otoritarianisme. Dengan demikian, demokrasi yang sehat, inklusif, dan berdaya tahan dapat terwujud di abad ke-21.