Tampang

SBY, Belajarlah Perang pada Prabowo

15 Feb 2018 11:59 wib. 1.977
0 0
SBY, Belajarlah Perang pada Prabowo

“Justice Collabolator” pastinya dua kata yang baru ditulis setelah Setnov berkasus. Dua kata itu sangat tidak mungkin ditulisakan bersamaan dengan kata-kata lainnya. Bahkan kemungkinan besar kata-kata itu, termasuk “Justice Collabolator” baru dituliskan setidaknya setelah Setnov mulai mencium gelagat jika dirinya dibidik dalam kasus e-KTP. 

Karenanya, di luar kemungkinan adanya keterlibatan SBY dan Ibas dalam kasus e-KTP, catatan yang ada pada buku hitam milik Setnov tetap melahirkan game yang menarik.

Sekali lagi, sayangnya dalam perang yang dikumandangkannya sendiri, SBY dan orang-orang di sekitarnya seolah lepas kontrol atas situasi yang mengitarinya.

Pada 6 Februari 2018, SBY mengaku kalau dirinya memperolehi informasi tentangi adanya pertemuan yang patut diduga menjadi cikal bakal munculnya pernyataan Mirwan di dalam persidangan.

"Saya tahu, saya mendapatkan informasi dari sumber yang layak dipercaya (bahwa) menjelang persidangan, di mana terjadi tanya jawab antar Firman Wijaya dengan Mirwan Amir, ada sebuah pertemuan dihadiri sejumlah orang," kata SBY di kantor DPP Demokrat, Jakarta, KOMPAS.COM).

Namun demikian, dengan dalih berpotensi dapat membuat geger, SBY belum mau membuka informasi tentang konspirasi yang berupaya menjatuhkannya.  

Kemudian pada saat yang hampir bersamaan beredar surat yang pada intinya menjelaskan jika Mirwan Amir dipaksa oleh Firman Wijaya dan Saan Mustofa. Tujuannya tak lain agar pengajuan justice collaborator Novanto diterima oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (Sumber: Metrotvnews.com). Surat yang mengatasnamakan Mirwan Amir sebagai pengirimnya itu ditujukan kepada Pemred Metro TV.

Jika mengacu pada pernyataan Pengacara SBY, Ferdinan Hutahaean, informasi yang diterima SBY sepertinya tidak jauh beda dengan isi surat yang mengatasnamakan Mirwan.

Bahkan, dari pernyataan Ferdinan yang mengaku akan melakukan validasi ke Lapas Sukamiskin, Bandung atas informasi yang diterima SBY terungkap adanya keterlibatan Anas Urbaningrum dalam konspirasi sebagaimana yang disebutkan oleh SBY. (Sumber: Merdeka.com).

Tidak menarik untuk membahas alasan digunakannya Metro TV sebagai media penyampai surat. Yang menarik adalah soal waktu di mana hampir beberengan dengan beredarnya isi surat yang mengatasnamakan Mirwan, SBY menyampaikan potongan informasinya.

Bukan itu saja, isu surat yang mengatasnamakan Mirwan seolah-olah dibuat untuk lebih menggamblangkan informasi yang oleh SBY disampaikan secara tidak utuh..

Tetapi, apapun itu, poin yang paling penting adalah informasi yang diterima SBY nyaris sama dengan isi surat yang beredar. Artinya, pengirim surat adalah orang yang juga mendapat pasokan informasi yang sama dengan yang diterima SBY.

Jika pengiriman surat tersebut di luar kendali SBY, artinya ada pengkhianat yang bersemayam di sekitar Cikeas. Tetapi, jika pengiriman surat itu di bawah kendali SBY, maka sepertinya ada yang salah dengan strategi perang yang dibangun oleh SBY.

Sebab, pertama, isi surat itu sebenarnya menguntungkan SBY karena secara tidak langsung menjelaskan informasi yang disampaikan oleh SBY. Dengan demikian, menjadi aneh jika kader-kader Demokrat justru memerangi beredarnya surat tersebut.

Kedua, Mirwan mengatakan jika pengirim surat bukan dirinya. Andi Arief pun lewat akun Twitter-nya sudah menegaskan jika bukan Mirwan pengirimnya. Bedanya, Mirwan membantah isi dari surat. sementara, Andi tidak secara benderang membantah subtansi dari isi surat. Dengan demikian, jika isi dari surat itu disebut hoax, maka informasi yang disampaikan oleh SBY pun secara otomatis termasuk hoax.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?