Revolusi Iran pada tahun 1979 memiliki dampak yang signifikan terhadap politik Timur Tengah dan dampaknya terasa hingga hari ini. Revolusi ini mengubah lanskap politik di kawasan tersebut secara dramatic dan mempengaruhi dinamika kekuasaan serta hubungan antarnegara di Timur Tengah. Artikel ini akan mengurai sejarah Revolusi Iran dan bagaimana peristiwa tersebut berdampak pada politik regional di Timur Tengah.
Sejarah Revolusi Iran dimulai pada tahun 1979 ketika pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi digulingkan oleh gerakan revolusioner yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini. Shah telah menjadi pemimpin yang otoriter dan dianggap terlalu pro-Barat oleh banyak kalangan, yang memicu protes massal terhadap pemerintahannya. Khomeini, seorang pemimpin agama Islam yang karismatik, kembali ke Iran setelah pengasingan panjang dan mendukung revolusi untuk menggulingkan pemerintahan yang ada. Akhirnya, pada April 1979, monarki Iran dihapuskan dan pemerintahan Islam baru di bawah kepemimpinan Khomeini didirikan.
Revolusi ini menandai pergeseran dramatis dalam politik Iran dan dampaknya terasa di seluruh Timur Tengah. Pemerintahan baru Iran mendeklarasikan diri sebagai negara Islam yang didasarkan pada prinsip-prinsip agama, menciptakan ketegangan dengan negara-negara Timur Tengah lainnya yang mayoritasnya berpenduduk Muslim tetapi memiliki pemerintahan sekuler. Selain itu, Iran juga mendukung gerakan-gerakan militan terutama di Lebanon dan Palestina, yang membuat hubungan internasional Iran semakin tegang, terutama dengan Israel dan Amerika Serikat.