Kondisi kelaparan di Biafra menarik perhatian dunia. Berita tentang penderitaan masyarakat Biafra disiarkan secara luas, memicu respon internasonal. Organisasi-organisasi kemanusiaan mulai melakukan kampanye untuk menyediakan bantuan dan meningkatkan kesadaran akan genosida yang sedang berlangsung. Banyak tokoh publik dan seniman, termasuk penyanyi terkenal, bergabung dalam upaya mendukung rakyat Biafra, menyoroti isu kemanusiaan yang sangat serius.
Kekejaman yang terjadi selama konflik ini digambarkan sebagai genosida. Banyak laporan yang menyebutkan bahwa pasukan Nigeria terlibat dalam tindakan kejam, termasuk pembunuhan masal, pemerkosaan, dan penyiksaan terhadap penduduk sipil di wilayah Biafra. Di sisi lain, pasukan Biafra juga melakukan serangan balasan yang menimbulkan korban jiwa di kalangan militer Nigeria dan mendatangkan penderitaan bagi sebelah pihak.
Perang Sipil Nigeria berakhir pada 15 Januari 1970 dengan penyerahan Biafra kepada pemerintah Nigeria. Meskipun peperangan secara resmi telah berakhir, dampaknya terasa lama setelah itu, dengan cicit dan kesedihan mendalam yang tetap ada di hati masyarakat Biafra dan seluruh Nigeria. Proses pemulihan sangat lambat, dan luka peperangan sulit untuk disembuhkan.
Sampai saat ini, kenangan akan konflik ini tetap hidup di dalam ingatan kolektif masyarakat Nigeria, terlebih di kalangan orang-orang yang merasa tersakiti oleh peristiwa yang terjadi. Masyarakat Biafra masih memperjuangkan pengakuan atas sejarah dan identitas mereka. Melalui jalur-jalur diskusi dan pertukaran budaya, mereka terus berusaha mengingat serta menghormati mereka yang hilang akibat peperangan dan kelaparan. Di sinilah pentingnya untuk memahami sejarah kelam ini sebagai bagian dari pembentukan identitas dan kebangkitan masyarakat Biafra dan Nigeria secara keseluruhan.