Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka tidak mengincar kursi menteri dalam kabinet pemerintahan mendatang, yakni pemerintahan Prabowo-Gibran. Pengumuman ini mengejutkan banyak pihak, mengingat posisi PDIP sebagai partai pendukung utama pemerintah. Keputusan ini tentu saja menuai beragam tanggapan dari berbagai kalangan politik dan masyarakat. Lalu, apakah keputusan ini hanyalah isu belaka, ataukah merupakan strategi politik terselubung dari PDIP?
Pernyataan resmi dari PDIP ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, yang menyatakan bahwa partainya lebih fokus pada pembangunan infrastruktur, pertanian, pemberantasan korupsi, dan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia. Menurut Hasto, PDIP ingin fokus pada penguatan konsolidasi internal partai dan pembangunan di daerah, bukan hanya terpaku pada kursi menteri.
Namun, banyak pihak juga tidak menutup mata terhadap spekulasi bahwa keputusan ini dapat menjadi strategi politik dari PDIP. Dengan tidak mengincar kursi menteri, PDIP mungkin tengah memposisikan diri untuk lebih leluasa dalam mengontrol kebijakan pemerintah tanpa harus terikat oleh kepemimpinan di kabinet. Selain itu, keputusan ini juga dapat diartikan sebagai upaya PDIP untuk menunjukkan bahwa mereka tidak memperjuangkan kepentingan pribadi atau jabatan dalam partisipasi mereka dalam pemerintahan.