4. Jokowi akan menggunakan pasukan buzzernya untuk selalu menyerang pemerintahan, ciri-cirinya yaitu adanya keinginan untuk menurunkan Prabowo sebelum jabatan berakhir.
Syahwat kekuasaan Jokowi yang ingin berkuasanya selamanya sangat terlihat dari beberapa perubahan aturan demokrasi demi lolosnya anaknya Gibran dan Kaesang. Perubahan-perubahan aturan demokrasi yang sudah disepakati sebelumnya dirubah seenaknya demi kepentingan keluarganya demi membangun dinasti politik Jokowi.
Kata-kata Jokowi yang sangat sombong ke salah satu kader PDI Perjuangan (PDIP), yaitu "Kalian (PDIP) hebat kalau bisa mengalahkan saya!". PDIP sebagai pengusung Jokowi sejak masih menjadi walikota merasa dikhianati, karena semua kemauan disetujui kecuali perubahan presiden menjadi 3 periode.
Politik adalah seni untuk berkuasa dengan cara apapun, mungkin itu yang ada dipikiran Jokowi. Semua bisa digerakan sesuai irama yang diinginkan, sampai pada saatnya rakyat berontakpun tidak memiliki lagi kekuatan. Karena rakyat yang memiliki keberanian dan inisiatif sangatlah sedikit. Pendidikan menengah atas di jaman Jokowi tidak ada kenaikan jumlah bangunan, ternyata ada maksud tertentu dibalik pengangkatan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu hanya untuk mengurusi pendidikan atas, kurang mempedulikan pendidikan menengah atas.
"Bonus demografi" dengan banyaknya usia tenaga kerja akan menjadi "bencana demografi" di tahun 2030 karena pendidikan rakyat yang rendah semua. Selama pemerintah hanya fokus terhadap tampilan infrastruktur dan pendidikan tidak diutamakan, maka bencana demografi akan terjadi sangat memungkinkan.