Salah satu ladang pembantaian yang paling terkenal adalah Choeung Ek, yang terletak di dekat Phnom Penh. Di situs ini, ribuan orang dieksekusi dan dibuang ke dalam kuburan massal. Banyak yang tidak memiliki kesempatan untuk membela diri, dan banyak yang bahkan tidak tahu mengapa mereka ditangkap. Metode eksekusi yang digunakan sangat brutal, dengan banyak korban yang dibunuh dengan cara yang sadis, termasuk menggunakan alat pertanian untuk menghindari suara tembakan yang mencolok.
Rezim Khmer Merah juga menerapkan kebijakan agraris yang ekstrem, memaksa penduduk kota untuk bekerja di ladang dengan kondisi yang mengerikan. Ini menciptakan kelaparan yang meluas, di mana banyak orang mati karena kelaparan dan penyakit. Kelaparan ini diperparah oleh penarikan makanan dari desa-desa untuk memenuhi tuntutan pemerintah, yang terus berusaha untuk mengejar cita-cita pertanian yang tidak realistis.
Dalam konteks global, genosida ini sering disalahpahami atau kurang diperhatikan, terutama dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa serupa di belahan dunia lainnya. Upaya untuk mengganti pemerintahan Khmer Merah oleh Vietnam pada tahun 1979 membawa akhir bagi kekejaman ini, tetapi tidak menghapus jejak luka yang ditinggalkan. Pengetahuan mengenai genosida Kamboja terus berkembang, dengan banyak pelapor dan saksi yang berjuang untuk memastikan bahwa sejarah ini tidak dilupakan.