Tampang

Facebook masih Aman. PRISM masih Fiksi

16 Apr 2018 16:52 wib. 1.179
0 0
Facebook masih Aman. PRISM masih Fiksi

"I'm still clinging to my BlackBerry; they're going to pry it out of my hands,” ujar Presiden Amerika Serikat terpilih Barack Obama kepada The New York Times pada 7 January 2009 atau 13 hari jelang waktu pelantikannya. "Not just to the Secret Service, but also to the lawyers,” sambung presiden pertama AS berkulit hitam ini https://mobile.nytimes.com/2009/01/08/us/politics/08berry.html?ref=todayspaper Intinya, Obama ogah meninggalkan BlackBerry sebagai perangkat komunikasinya. Sontak khalayak pun bertanya-tanya, “Bagaimana dengan keamanannya?” atau “Bagaimana kalau BBM Obama disadap?” Lebih parah lagi, “Bagaimana kalau Putin ikut nguping?” Ternyata, BlackBerry yang digunakan Obama sudah melewati berbagai modifikasi demi keamanannya. Menurut mantan direktur teknis National Security Agency (NSA), Richard George yang pernah bertugas mengamankan BlackBerry Obama dari ancaman serangan hacker, NSA sampai membangun laboratorium khusus dengan lusinan untuk memodifikasi BlackBerry yang akan digunakan Obama. Hasilnya, mau tidak mau Obama tidak dibolehkan lagi menginstal game Angry Birds. Lantaran, game burung ngambekan itu dicurigai NSA dapat dieksploitasi hacker. Akibatnya, BlackBerry milik Obama memiliki fungsi yang sangat terbatas jika dibandingkam dengan versi biasa yang beredar di pasaran. "Anda menghilangkan fungsionalitas yang tidak begitu dibutuhkan. Soalnya setiap fungsi tersebut sebenarnya adalah kesempatan bagi musuh," terang George yang dikutip Detik.com Tapi, biarpun sudah Bikin NSA kerja keras putar otak dan rogoh kocek dalam-dalam, toh enam tahun kemudian sejumlah media memberitakan bahwa BBM Obama berhasil juga dibobol. "Peretas, yang juga memasuki sistem rahasia Kementerian Luar Negeri, sepertinya tidak memasuki server yang sangat dijaga, pengatur lalu-lintas pesan dari Blackberry Obama, yang dirinya dan pembantunya selalu bawa," lapor New York Times. http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/04/150426_rusia_peretas_obama Singkat cerita, sepanjang gadget terkoneksi jaringan internet, segala macam aktivitas ke-smartphone-an bisa dicuri. Bahkan sebelum tombol “enter” disentuh. Buktinya, beberapa aplikasi chatting. memunculkan karakter-karakter yang sedang diketik lawan ngobrol. Malah, kamera yang dipasang di gadget bisa diaktifkan secara remote. Jadi, sebenarnya pencurian data pengguna internet bukanlah sesuatu yang aneh, apalagi sampai dihebohkan. Begitu juga dengan pencurian data pengguna Facebook. Sebab, lewat program PRISM, seperti yang diungkap Edward Snowden, NSA bisa mengobok-obok jejaring sosial terpopuler ini. Lebih lagi, menurut bocoran Wikileaks, 80 persen telepon pintar yang beredar di pasaran memang “menyediakan” dirinya untuk diintai. Karenanya, kalau hanya karena kasus kebocoran data (belakangan diketahui bukan kebocoran), pemerintah Jokowi mengancam akan menutup Facebook, maka semua teknologi yang terkoneksi dengan jejaring internet harus dimusnahkan. "Nanti kami lihat dulu progress-nya. Tapi saya tak segan kalau terpaksa menutup Facebook," ujar Menkominfo Rudiantara pada 9 April 2018. https://bisnis.tempo.co/read/1077890/rudiantara-kembali-tegaskan-tak-segan-tutup-facebook-bila Apalagi, dari 130 juta akun, hanya 1 juta akun yang jadi korban. Jadi, tidak lebih dari 1 persen. https://tekno.kompas.com/read/2018/03/02/08181617/indonesia-pengguna-facebook-terbanyak-ke-4-di-dunia Dan, menurut pemberitaan terakhir, sebenarnya tidak ada kebocoran data pengguna Facebook. Yang terjadi sebenarnya adalah dimanfaatkannya (belum tentu berarti disalahgunakan) data kuis kepribadian oleh lembaga konsultan politik Cambridge Analytica. Beraga kuis kepribadian sendiri memang kerap kali melintasi linimasa media sosial atau dikirim langsung lewat email. Dan, sama sekali tidak ada paksaan pada pemilik akun untuk mengisi kolom-kolom pertanyaan yang diajukan. Jadi, sifatnya suka rela. Nah, jawaban penguna Facebook inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Cambridge Analytics untuk menargetkan iklan dan pesan politik, selama Pilpres AS tahun 2016. Dalam survei pemasaran, biasanya salah satu kebiasaan responden yang ditanyai adalah yang terkait dengan iklan. Seperti apa iklan yang disukai responden, dari media apa responden mendapati iklan, serta kapan. Pertanyaannya, kenapa Cambridge Analytic tidak terang-terangan menggelar survei online? Jawabannya sederhana, sebab kuis kepribadian jauh lebih menarik dari survei politik atau survei-survei lainnya. Singkatmya, data yang dimanfaatkan oleh Cambridge Analytic bukan diambil dengan cara mencuri atau meretas seperti yang terjadi pada BlackBerry Obama. Kedua, data kepribadian yang dimanfaatkan tidak terkait dengan kepentingan nasional. Atau, belum bisa dikaitkan. Buktinya, dari 87 juta, hanya 1 juta pengguna Facebook dari Indonesia yang dimanfaatkan. Dan, pastinya ke-1 juta pengguna Facebook di Indonesia itu mengisi kuis kepribadian. Sementara, karena yang disasar, tercatat 70,6 juta data dari akun Facebook asal AS yang dimanfaatkan. Dari jumlah data yang dimanfaatkan, semakin menguatkan bila pengguna Facebook asal Indonesia bukanlah yang diincar. Tetapi, dari polemik soal kebocoran data Facebook ini, terbukti jika tidak ada peretasan terhadap jejaring sosial buah karya Mark Elliot Zuckerberg ini Artinya, Facebook masih tetap aman. Dengan demikian isu kebocoran data Facebook bisa dibilang fiktif semata. Bukan fakta seperti yang diributkan. Sementara, Program PRISM seperti yang diungkap Snowden masih berstatus Fiksi yang belum merealita. Kalau begitu faktanya, kenapa pemerintah mau menutup Facebook. Semoga rencana pemerintah ini tidak merealita.

<12>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.