Namun, apapun itu kekuatan yang dimiluki Ridwan Kamil semakin menggembos.
Karenanya pendapat Pengamat Universitas Padjajaran Firman Manan yang mengatakan pengalihan dukungan dari Ridwan ke Deddy Mizwar tidak berpengaruh besar terhadap Ridwan. Katanya, selama elite partai tetap pada posisi mendukung, tidak berpengaruh terhadap koalisi.
"Selama elite partai itu tetap pada posisi mendukung, saya fikir tidak akan terlalu berpengaruh terhadap koalisinya. Lain soal kalau misalkan ketua partai di Jawa Barat, artinya elite politiknya menyatakan mengalihkan dukungan," ujar Pengamat Universitas Padjajaran (Unpad) Firman Manan dihubungi Detik.com melalui telepon genggam, pada 20 Februari 2018 (Sumber: Detik.com).
Masih menurut Detik.com, Firman mengatakan bahwa arah dukungan terhadap pasangan calon ditentukan oleh elit partai di tingkat pusat. Sehingga, sambung dia, pengalihan dukungan partai tidak akan berpengaruh besar bila hanya dilakukan kader di tingkat daerah.
"Selama elite partai itu tetap pada posisi mendukung, saya fikir tidak akan terlalu berpengaruh terhadap koalisinya. Lain soal kalo misalkan ketua partai di Jawa Barat, artinya elite politiknya menyatakan mengalihkan dukungan," jelas dia.
Firman banar, koalisi parpol pendukung Ridwan Kamil tidak mengalami perubahan. Sebab, menurut aturannya parpol tidak bisa sembarangan mencabut dukungannya terhadap pasangan calon.
Tetapi Firman salah besar soal pengaruh elit parpol. Sebab, pertama, kompetisi pemilu kepala daerah, dan juga pilpres, lebih benyak dipengaruhi oleh kekuatan pasangan calon, bukan pada partai pengusungnya, apalagi oleh elit parpol.
Sebagai contoh, dalam Pilgub DKI 2012, Fauzi Bowo didukung oleh parpol-parpol yang tengah berada dalam lingkaran kekuasaan, termasuk Partai Demokrat. Dan, pada putaran kedua Pilgub DKI 2017 semua parpol, selain pendukung pasangan Jokowi-Ahok memihak kepada Fauzi Bowo. Tapi, pada kenyataannya Fauzi Bowo kalah melawan Jokowi.
Kedua, kedekatannya secara geografis, budaya, dan lainnya pengurus parpol di daerahlah yang mampu mengelola simpatisan atau konstituen ketimbang pengurus pusat. Karenanya tidak mengherankan jika pada setiap pileg, pengurus daerah menjadi rebutan elit parpol di pusat.
Melihat beralihnya dukungan sejumlah pengurus daerah, bisa diperkirakan dalam beberapa waktu kedepan, sejumlah pengurus daerah parpol pendukung Ridwan Kamil lainnya akan mengalihkan dukungannya ke pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi.
Pengalihan dukungan kepada pasangan yang dikenal sebagai DuoDM sangat beralasan mengingat seperti yang ditulis dalam “Pilgub Jabar 2018, Setelah Ridwan Kamil Melubangi Kapalnya Sendiri”, saat ini Pilgub Jabar 2018 sudah menjadi milik pasangan dengan nomor urut 4 tersebut.
Terlebih, jika diamati, isu diterimanya dukungan Nasdem oleh Ridwan Kamil ini sebenarnya masih berada di permukaan. Namun, dampaknya sudah begitu menghancurkan Kang Emil yang dalam dua tahun terakhir digadang-gadang sebagai calon terkuat Gubernur Jawa Barat, bahkan sebagai capres atau cawapres. Bisa dibayangkan jika pada beberapa hari kedepan isu tersebjt sudah sampai ke kedalaman.
Bagi lawan-lawan Ridwan Kamil, isu dukungan Nasdem yang diterima Kang Emil merupakan muatan kampanye negatif. Dan isu ini seharusnya dapat digoreng sampai metang mengingat isu inilah yang berhasil menggembosi tingkat elektabilitas Walikota Bandung tersebut.
Dengan demikian, para lawan Ridwan Kamil seharusnya segera meninggalkan kampanye negatif LGBT yang berpotensi dapat dimanfaatkan Kang Emil untuk kembali menguatkan elektabilitasnya.