Di sisi lain, dalam budaya yang lebih terbuka seperti di Amerika Latin, ekspresi cinta cenderung lebih eksplisit dan sering dilakukan dengan cara yang lebih terang-terangan. Remaja mungkin lebih nyaman menunjukkan kasih sayang melalui tindakan-tindakan seperti berpegangan tangan di tempat umum atau mengungkapkan perasaan mereka secara verbal. Perbedaan ini menunjukkan bagaimana norma budaya dapat mempengaruhi cara remaja menunjukkan perasaan mereka.
3. Pandangan tentang Kesetaraan Gender
Perbedaan budaya juga tercermin dalam pandangan tentang kesetaraan gender dalam hubungan percintaan. Di beberapa budaya, peran gender tradisional masih sangat kental, dan ekspektasi terhadap peran masing-masing pasangan bisa sangat berbeda. Misalnya, dalam budaya yang lebih patriarkal, ada harapan bahwa pria akan memimpin dalam hubungan dan mengambil keputusan utama, sementara wanita mungkin diharapkan untuk lebih tunduk.
Sebaliknya, di budaya yang lebih egaliter, seperti di banyak negara Skandinavia, hubungan percintaan remaja cenderung lebih seimbang dengan pembagian tanggung jawab dan keputusan yang lebih merata antara kedua belah pihak. Kesetaraan gender ini memungkinkan remaja untuk menjalani hubungan yang lebih harmonis dan setara, tanpa dibatasi oleh norma-norma tradisional.
4. Ekspektasi dan Komitmen dalam Hubungan
Ekspektasi terhadap hubungan percintaan juga dapat bervariasi antara budaya. Di beberapa budaya, seperti di Korea Selatan, hubungan percintaan mungkin diharapkan untuk berkembang menjadi komitmen yang lebih serius dalam waktu yang relatif singkat, dengan banyak remaja merasa perlu untuk segera mempertimbangkan masa depan bersama pasangan mereka.