Pernahkah Anda merasa bahwa cara Anda mengekspresikan cinta berbeda dengan cara pasangan Anda melakukannya? Atau mungkin Anda memperhatikan bahwa anak-anak Anda merespon kasih sayang dengan cara yang berbeda-beda? Hal ini bisa jadi terkait dengan konsep love language atau bahasa kasih, yang merupakan cara kita mengungkapkan dan menerima cinta. Tidak hanya itu, love language juga dapat dipengaruhi oleh pola asuh yang kita terima dari keluarga. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi bagaimana keluarga membentuk cara kita mencintai melalui love language dan pola asuh.
Bahasa Kasih yang Mempengaruhi Hubungan
Dalam psikologi hubungan, konsep love language pertama kali diperkenalkan oleh Gary Chapman. Menurut Chapman, setiap individu memiliki love language atau bahasa kasih yang berbeda-beda. Love language ini mencakup lima jenis utama, yaitu physical touch (sentuhan fisik), words of affirmation (ucapan positif), quality time (waktu berkualitas), acts of service (tindakan nyata), dan receiving gifts (penerimaan hadiah). Seseorang mungkin lebih merasa dicintai melalui sentuhan fisik, sedangkan yang lain mungkin lebih merespon ucapan positif atau penerimaan hadiah.
Pentingnya love language ini terletak pada kenyataan bahwa jika pasangan tidak berbicara dalam love language yang sama, maka pesan kasih sayang mereka mungkin tidak tersampaikan dengan baik. Misalnya, seseorang yang mencintai dengan cara memberikan hadiah-hadiah kecil mungkin tidak merasa dicintai oleh pasangannya yang lebih suka menghabiskan waktu bersama.