Dokter ARL mengaku bahwa tugas tambahan tersebut sangat membebani dirinya, terlebih di tengah kesibukan yang dialaminya sebagai seorang dokter yang sedang menekuni pendidikan spesialis. Ia menyayangkan kondisi tersebut dan berharap ada pengertian lebih dari pihak atasan terkait beban tambahan yang diberikan.
Fenomena ini pun mendapat respons dari berbagai kalangan. Banyak yang mengecam perlakuan tersebut, menganggap bahwa tugas tambahan yang dialami oleh Dokter ARL seharusnya tidak seharusnya menjadi tanggung jawabnya sebagai pendidik. Sebagai seorang dokter yang masih dalam proses belajar untuk menjadi seorang spesialis yang berkualitas, dipercayakan tugas sebesar itu di luar ranah pendidikannya dinilai tidak adil.
Di sisi lain, ada juga yang menanggapi fenomena ini dengan penuh kehati-hatian. Beberapa pihak menyarankan agar Dokter ARL tetap menjalankan tugas tambahan tersebut dengan sebaik-baiknya guna menghindari konflik yang lebih besar. Namun, pandangan ini juga diiringi dengan harapan akan adanya pemahaman dari pihak yang memberikan tugas tambahan tersebut.
Pengaturan waktu yang ketat, tuntutan pekerjaan yang tinggi, serta beban tambahan yang membebani ternyata masih menjadi kendala yang dihadapi oleh sebagian besar dokter yang sedang mengikuti pendidikan spesialis. Fenomena yang dialami oleh Dokter ARL menjadi sebuah cerminan dari kondisi sebenarnya yang dituding sebagai ketidakadilan dalam dunia pendidikan kedokteran.