Ketimpangan Antara Kota dan Desa Sangat Nyata
Sementara di kota besar murid bisa belajar dengan tablet dan jaringan Wi-Fi, di banyak desa sinyal internet bahkan tak terjangkau. Akibatnya, saat pandemi dan pembelajaran daring diberlakukan, jutaan anak di pedesaan tertinggal dan banyak yang putus sekolah.
“Ketimpangan pendidikan ini akan melanggengkan kemiskinan struktural kalau tidak segera diatasi,” ujar Nurhasan, dosen pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Program Pemerintah Tidak Menyentuh Akar Masalah
Berbagai program seperti BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan beasiswa Indonesia Pintar memang telah berjalan. Namun, belum menyentuh kebutuhan dasar seperti distribusi guru, pembangunan sekolah, hingga sarana belajar yang layak di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
“Kebijakan pendidikan kita masih terlalu Jawa-sentris. Padahal, tantangan tiap daerah berbeda-beda dan butuh pendekatan lokal,” tambah Nurhasan.