Kedua, soal kesehatan mata. Berlama-lama menatap layar gadget, apalagi dengan pencahayaan yang kurang pas, bisa bikin mata lelah dan kering. Radiasi layar juga jadi perhatian, terutama bagi anak-anak dan remaja yang mata mereka masih dalam masa pertumbuhan. Buku fisik, dalam hal ini, jelas lebih ramah mata dan nggak bikin pusing kalau dibaca dalam waktu lama.
Ketiga, tentang budaya membaca itu sendiri. Keberadaan buku fisik di rumah atau di perpustakaan bisa jadi "pengingat" visual untuk membaca. Anak-anak yang melihat orang tuanya sering membaca buku fisik cenderung akan meniru kebiasaan itu. Ada nilai historis dan emosional yang melekat pada buku fisik. Buku-buku lama yang diwariskan dari generasi ke generasi punya cerita dan kenangan tersendiri. Ini juga penting dalam membangun budaya membaca yang kuat, bukan cuma sekadar membaca informasi sekilas dari internet.
Tentu saja, kita tidak bisa menolak kemajuan teknologi. Pendidikan modern membutuhkan literasi digital yang kuat. Anak-anak harus diajarkan bagaimana mencari informasi dari internet, memilah informasi yang benar, dan memanfaatkan teknologi untuk belajar. E-book dan sumber digital lainnya punya peran penting dalam menyediakan akses ke berbagai informasi yang mungkin sulit didapatkan dalam bentuk fisik.