Sejak protes dari para pemain Timnas U-23 Indonesia terhadap keputusan wasit Shen Yin Hao, muncul perdebatan mengenai etika dalam menyikapi keputusan wasit. Tepuk tangan yang seharusnya menjadi simbol penghargaan dan apresiasi terhadap aksi-aksi dalam pertandingan, kini telah digunakan sebagai bentuk ejekan atau sindiran terhadap keputusan wasit.
Hal ini menunjukkan bahwa keputusan wasit terkadang menuai kontroversi, terutama dalam pertandingan sepak bola yang sifatnya sangat emosional. Para pemain sepak bola muda juga rentan terhadap tekanan dalam pertandingan, terlebih lagi dalam pertandingan level internasional.
Tidak hanya aksi tepuk tangan, namun penghinaan verbal dan gerakan tubuh yang menyindir juga sering terjadi saat keputusan wasit dinilai tidak adil oleh para pemain. Ini menimbulkan dampak buruk terhadap citra dan sportivitas dalam olahraga sepak bola.
Menyadari hal tersebut, Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) perlu meningkatkan pengawasan terhadap sikap-sikap pemain dalam menyikapi keputusan wasit. Pendidikan mengenai etika dalam olahraga juga perlu ditingkatkan, termasuk dalam hal menghormati keputusan wasit, tanpa memandang apakah keputusan itu dianggap adil atau tidak.
Sikap para pemain, terutama para pemain muda, dalam pertandingan internasional juga mencerminkan kurangnya edukasi tentang sportivitas dan kode etik dalam olahraga. Pendidikan mengenai sikap dalam menghadapi kekalahan atau keputusan wasit perlu diperhatikan dan diimplementasikan lebih baik dalam pembinaan pemain muda di Tanah Air.
Terkait dengan kejadian ini, peran federasi dan pelatih dalam memberikan pengarahan kepada para pemain dalam menyikapi keputusan wasit menjadi sangat penting. Sikap-sikap yang anti-sportivitas tentu saja tidak boleh menjadi contoh bagi generasi muda yang tengah belajar memahami kehidupan sepak bola yang profesional.