Pada awal abad ke-19, aturan baru diperkenalkan, seperti aturan London Prize Ring, yang menetapkan ring tinju dan waktu istirahat antara ronde. Teknik bertahan mulai mendapatkan perhatian lebih, dengan petinju seperti Jem Mace menggunakan gaya bertarung yang lebih strategis dan defensif.
Era Sarung Tangan dan Aturan Queensberry
Perubahan besar dalam teknik tinju terjadi dengan diperkenalkannya aturan Queensberry pada tahun 1867, yang mewajibkan penggunaan sarung tangan. Sarung tangan tidak hanya melindungi tangan petinju, tetapi juga memungkinkan pukulan yang lebih bervariasi dan teknik yang lebih kompleks. Petinju mulai mengembangkan kombinasi pukulan, teknik jab, hook, uppercut, dan cross.
Era ini juga melihat munculnya petinju legendaris seperti John L. Sullivan, yang menggabungkan kekuatan dan keterampilan teknik dalam pertarungannya. Teknik bertahan, seperti parrying dan blocking, juga menjadi lebih penting, dengan fokus pada menjaga keseimbangan dan posisi yang baik di atas ring.
Era Modern
Pada abad ke-20, tinju berkembang menjadi olahraga profesional dengan pengenalan divisi berat badan dan promosi pertarungan besar-besaran. Teknik bertarung semakin berkembang, dengan pelatihan yang lebih ilmiah dan spesifik. Petinju seperti Jack Dempsey dan Joe Louis dikenal dengan teknik bertarung agresif dan pukulan kuat, sementara petinju seperti Muhammad Ali mengandalkan kecepatan, gerakan kaki, dan refleks yang luar biasa.
Pada era ini, teknik tinju mengalami diversifikasi yang signifikan. Petinju mulai mengembangkan gaya bertarung yang unik, seperti gaya "peek-a-boo" dari Mike Tyson yang diperkenalkan oleh pelatihnya, Cus D'Amato. Gaya ini menekankan pada gerakan kepala yang cepat, pukulan pendek yang eksplosif, dan posisi defensif yang ketat.