Radmiadi mengaku situasi ini sangat berisiko, apalagi jika cuaca memburuk. "Kapal kami berada di luar alur, dan itu sangat berbahaya. Jika badai datang, bisa saja kapal terdampar," ungkapnya.
Suplai BBM Lewat Jeriken Kecil
Karena kapal pengangkut tidak dapat mendekat, pengisian bahan bakar harus dilakukan secara manual melalui jeriken kecil yang diangkut kapal nelayan dari darat ke tengah laut. Menurut ASDP, membawa drum BBM dengan kapal kecil terlalu berisiko.
Sementara itu, Kapal Marore-322 milik Bakamla RI yang sempat membantu melayani penumpang, kini telah kembali ke Lampung, membuat warga Enggano semakin kesulitan transportasi.
4.000 Warga Andalkan Kapal Nelayan
Dengan berhentinya layanan resmi kapal ferry, sekitar 4.000 warga Pulau Enggano kini hanya bergantung pada kapal-kapal nelayan untuk keperluan mobilitas dan distribusi hasil bumi. Ini tentu sangat membatasi kapasitas angkut dan menambah beban biaya transportasi.