Selain permasalahan lemak hewan, Gates juga menyoroti masalah yang lebih besar, yaitu minyak sawit. Dia menyebutkan bahwa saat ini, minyak sawit adalah lemak nabati yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia, dan terdapat pada berbagai produk sehari-hari seperti kue, mie instan, krim kopi, makanan beku, hingga beragam produk kecantikan dan kebersihan. Selain itu, minyak sawit juga digunakan untuk biofuel dan mesin diesel.
Gates mengingatkan bahwa minyak sawit tidak hanya memiliki konsekuensi penggunaan, tetapi juga proses produksinya. Mayoritas jenis sawit asli berasal dari wilayah Afrika Barat dan Tengah yang tidak tumbuh di banyak wilayah dan hanya subur di tempat-tempat yang dilewati garis khatulistiwa. Hal ini mengakibatkan penggundulan hutan di sekitar garis khatulistiwa untuk mengkonversinya menjadi lahan sawit, yang berdampak buruk bagi keragaman alam dan perubahan iklim.
Pembakaran hutan untuk lahan sawit menciptakan emisi yang signifikan di atmosfer dan ikut menyumbang terhadap peningkatan suhu global. Gates menegaskan bahwa kehancuran hutan akibat industri minyak sawit telah memberikan kontribusi sebesar 1,4% terhadap emisi global pada tahun 2018, angka ini bahkan melebihi emisi yang dihasilkan oleh beberapa negara atau industri lainnya di dunia. Meski demikian, Gates juga mengakui bahwa minyak sawit sulit untuk digantikan karena harganya yang murah, tidak berbau, dan kandungan lemaknya yang serbaguna.