“Ada banyak teman yang kondisinya jauh di bawah saya. Nggak semua perusahaan memperlakukan buruhnya dengan layak,” jelasnya.
Pilka pun menyampaikan harapannya kepada sesama buruh perempuan yang belum bisa hadir dalam perayaan May Day tahun ini. Ia berharap tahun depan mereka bisa turut serta menyuarakan aspirasi bersama-sama.
“Semoga tahun depan bisa ikut turun ke jalan, bisa merasakan semangat perjuangan ini. Hari ini, kami wakili mereka semua,” pungkasnya penuh semangat.
Perayaan May Day tahun ini kembali menunjukkan bahwa perjuangan buruh, khususnya perempuan, masih jauh dari kata selesai. Mulai dari persoalan PHK massal, ketidakpastian status kerja, hingga ketimpangan kebijakan ekonomi yang lebih berpihak pada pengusaha, semua menjadi catatan kritis yang perlu segera ditindaklanjuti pemerintah.
Momen Hari Buruh bukan sekadar seremoni, tapi ruang penting untuk mendengarkan langsung suara mereka yang selama ini menjadi tulang punggung industri dan pertanian Indonesia. Jika pemerintah ingin membangun masa depan ekonomi yang adil dan berkelanjutan, maka buruh bukan untuk dipinggirkan—tetapi harus dijadikan prioritas.