Kejadian menyedihkan ini diungkap oleh ibu kandung AS, Rusyani, yang menyebut kalau anaknya merupakan siswi kelas 7 di salah satu SLB di wilayah Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat. Akibat ini, Rusyani pun mencari keadilan dengan menunjukkan dugaan anaknya merupakan korban pelecehan seksual. Dari dua foto anak laki-laki yang satu kelas, lalu ditunjuk oleh AS.
Kejadian yang menimpa siswi SLB di Kalideres ini memang patut mendapat perhatian serius. Siswa-siswa dengan kebutuhan khusus seharusnya mendapat perlindungan ekstra dari pihak sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sempat mendatangi sekolah, namun harapan mencari keadilan tidak didapat. Karena sempat terhalang ketika hendak bertemu wali kelasnya dan ingin bertemu dengan keluarga dari terduga pelaku.
"Kepala sekolah enggak mau nemuin kami ke wali kelasnya, alasan takutnya syok katanya. Saya bilang, lebih syok mana saya selaku orang tua korban, masa depan anak saya hancur. Saya mesti kehilangan segalanya," tuturnya. Semua pertanyaan ini harus dijawab dengan serius agar kejadian semacam ini tidak terulang di masa depan.
Selanjutnya, penting untuk memberikan perlindungan dan pendampingan yang memadai bagi korban dan keluarganya. Kasus pelecehan seksual dapat memberikan dampak psikologis dan emosional yang sangat berat, terutama bagi korban yang masih berusia sangat muda. Dukungan dari tenaga profesional, baik dari psikolog maupun konselor, harus segera diberikan agar korban dan keluarganya dapat melewati masa sulit ini dengan lebih baik.