Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, menyatakan bahwa otoritas perbankan Indonesia akan terus memantau dampak konflik tersebut terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini mengingat dinamika ekonomi dan keuangan global dapat berkembang sangat cepat, termasuk risiko geopolitik yang terjadi dalam situasi konflik Iran-Israel di Timur Tengah yang tentu saja memiliki implikasi besar pada ekonomi.
Selain tekanan terhadap rupiah, aksi jual saham dan surat utang oleh investor di pasar domestik juga turut memperburuk situasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami penurunan sebesar 1,52% dan terlempar ke level 7.524. Di pasar surat utang negara, mayoritas tenor Surat Berharga Negara (SBN) menunjukkan kenaikan imbal hasil, yang menandakan adanya tekanan harga.
Data realtime Bloomberg pada pukul 15:46 WIB menunjukkan bahwa yield SBN-2Y naik ke 6,34%, yield SBN-5Y di angka 6,26%, dan yield SBN-10Y juga meningkat menjadi 6,48%. Tekanan jual tidak hanya terjadi di pasar domestik, tetapi juga terlihat di pasar global karena kekhawatiran akan pecahnya perang baru yang membuat perburuan aset safe haven melonjak dan meninggalkan aset-aset yang lebih berisiko.