"Di kuartal IV (2024) kita melihat mungkin akan ada tekanan lagi terhadap nilai tukar rupiah, karena faktor-faktor yang telah saya sebutkan tadi, sehingga kemungkinan (rupiah) bisa kembali berada di kisaran Rp16.000," ungkapnya.
Menurut data dari Bank Indonesia (BI), kebijakan moneter dan fiskal yang dilaksanakan oleh pemerintah memiliki dampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Dalam beberapa tahun terakhir, BI telah berupaya menjaga kestabilan rupiah terhadap mata uang asing, termasuk USD. Meskipun demikian, fluktuasi nilai tukar rupiah tetap dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Prof. Andi Mulya, menambahkan bahwa faktor-faktor eksternal, seperti kebijakan The Fed dan kondisi geopolitik global, turut memengaruhi penguatan atau pelemahan rupiah. Dalam proyeksi ke depan, efek dari kebijakan fiskal dan moneter pemerintah serta keputusan The Fed akan menjadi penentu arah pergerakan nilai tukar rupiah.
Selain itu, stabilitas politik dan keamanan dalam negeri juga memiliki pengaruh besar terhadap kinerja ekonomi Indonesia, termasuk nilai tukar rupiah. Faktor-faktor tersebut telah menjadi perhatian utama para pelaku pasar dalam menilai prospek penguatan atau pelemahan rupiah pada periode yang akan datang.