Terkait perbandingan dengan negara lain seperti China yang telah memasang eskalator di beberapa gunung untuk menarik wisatawan, Hariyanto menegaskan bahwa Indonesia mengedepankan prinsip keberlanjutan dan konservasi lingkungan. “Gunung Rinjani adalah kawasan rawan longsor dan aktivitas vulkanik. Infrastruktur berat seperti eskalator justru berisiko merusak lanskap dan mengancam keselamatan,” jelasnya.
Lebih dari itu, tantangan alam yang ada di Rinjani justru menjadi bagian dari pengalaman pendakian itu sendiri. Pemasangan tangga permanen atau fasilitas modern berlebihan, kata Hariyanto, bisa menghilangkan esensi petualangan yang selama ini menjadi magnet utama bagi para pecinta alam dan pendaki sejati.
Selain pembangunan undakan, Kemenparekraf juga tengah menggagas berbagai kebijakan pendukung guna memperkuat aspek keselamatan wisata pegunungan. Salah satunya adalah pengawasan ketat terhadap izin usaha wisata berbasis alam, seperti Perizinan Berusaha Pengusahaan Sarana Jasa Lingkungan Wisata Alam (PB-PSWA) dan Perizinan Penyediaan Jasa Wisata Alam (PB-PJWA).
“Keamanan adalah pondasi utama pariwisata yang berkualitas. Destinasi yang aman akan memberi rasa nyaman, sekaligus membangun citra positif yang menyebar dari mulut ke mulut,” kata Hariyanto. Ia menambahkan bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia, SOP pendakian, hingga evaluasi operator tur juga masuk dalam agenda pembenahan secara menyeluruh.