Dalam kunjungan kerjanya ke Yogyakarta, Fadli berdialog dengan sejumlah perupa seperti Ekwan Marianto, Meuz Prast, dan Didath Alwi dari Kembang Jati Art House. Ia mengapresiasi ruang kreatif tersebut sebagai contoh nyata ekosistem seni rupa yang hidup—tempat seniman muda hingga profesional bisa berpameran, berdiskusi, dan terus belajar. Para seniman juga menekankan pentingnya pencatatan sejarah maestro seni rupa di tiap daerah agar kejeniusan lokal tidak hilang dari memori kolektif bangsa.
Aspirasi lain yang disampaikan komunitas seni mencakup kebutuhan forum pameran bagi seniman difabel, kompetisi tanpa batasan usia, serta dukungan berkelanjutan untuk seniman yang masih berjuang secara ekonomi. Menanggapi hal ini, Fadli menekankan pentingnya inovasi dan promosi digital, termasuk melalui media sosial. Ia juga berkomitmen memberi ruang bagi karya seniman Indonesia, baik maestro maupun generasi baru, untuk tampil di kancah nasional hingga internasional, termasuk ajang prestisius Venice Biennale.