Para peserta datang dari berbagai latar belakang. Salah satunya adalah Gabriel Maria Ana, seorang pemuda berusia 25 tahun yang mengaku baru pertama kali mengikuti tradisi tersebut. “Saya ingin mengenal lebih dekat budaya leluhur kami. Ini adalah kesempatan yang menarik untuk menghayati dan merasakan budaya Jawa yang sangat kaya,” ungkapnya.
Wahyu Widiardana, seorang mahasiswa berusia 25 tahun dari Magelang, juga memanfaatkan momen ini untuk riset tugas akhir kuliahnya yang berfokus pada budaya Yogyakarta. “Saya ingin memahami lebih dalam tentang tradisi dan budaya yang ada di sini, sebagai bagian dari penelitian saya,” katanya.
Begitulah uniknya tradisi Mubeng Beteng yang tidak hanya menjadi bentuk perayaan tahun baru, tetapi juga sebuah upaya kolektif untuk merayakan warisan budaya dan keagamaan yang ada di Yogyakarta.