Salah satu momen penting dalam perlawanan Mataram melawan VOC adalah saat terjadinya Perang Surabaya pada tahun 1625. Pada saat itu, Mataram berhasil merebut kembali kendali atas pelabuhan Surabaya yang sebelumnya dikuasai oleh VOC. Keberhasilan ini merupakan bukti dari strategi perang yang diimplementasikan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, serta kekuatan militer yang berhasil dikonsolidasikan di bawah kepemimpinannya.
Namun, perlawanan Mataram melawan VOC bukanlah hal yang mudah. Meskipun Sultan Agung Hanyokrokusumo telah mempersiapkan dengan baik, VOC tetap mampu membawa perlawanan yang sengit. Konflik tersebut berakhir dengan perjanjian perdamaian yang dinilai merugikan pihak Mataram. Meski demikian, perlawanan sengit ini telah meninggalkan warisan kepahlawanan yang melekat pada nama Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Peran strategis Sultan Agung Hanyokrokusumo dalam perlawanan Mataram melawan VOC tidak dapat diragukan. Beliau merupakan figur yang memiliki visi jauh ke depan dalam menghadapi ancaman penjajah. Kontribusi beliau dalam mempersatukan kekuatan Jawa Tengah, mengembangkan strategi perang yang efektif, dan memimpin dengan bijaksana telah memberikan fondasi kuat bagi perlawanan nasional Indonesia di masa mendatang. Dengan memahami peran strategis Sultan Agung Hanyokrokusumo, kita dapat belajar dari sejarah dan mengambil inspirasi untuk membangun ketahanan nasional yang kokoh di masa depan.